Mengejar Aurora di Langit Norway ( Bag 2 )
Dingin nya malam saat kita menunggu Aurora datang seakan sampai di tengah tulang belulang, dengan suhu sekitar 5 celsius dibawah nol kami harus tetap berdiri dan terus memandangi langit. Meskipun minuman coklat panas yang manis selalu di hidangkan seakan tidak dapat membuat tubuh hangat, salah satunya cara adalah masuk ke ruangan dan bergantian berjaga-jaga diluar. Didalam kapal pesiar suhu memang dijaga sesuai dengan suhu kamar, sehingga membuat kita merasa nyaman. Penantian yang tidak berujung pangkal kadang kala membuat mata saya mengantuk dan memutuskan untuk merebahkan diri sejenak. Tetapi baru beberapa menit merebahkan diri, pikiran saya sudah was-was karena tidak mau melewatkan kesempatan melihat Aurora.
Selain melihat aurora, banyak
tamu yang melakukan aktivitas Star Guessing diatas deck. Saya jadi heran
sendiri melihat mereka yang usianya sudah diatas 60 tahun ini tidak sedikitpun
merasa kedinginan, padahal tulang saya seakan sudah mau rontok .
Ketika memulai cruise musim
dingin ini, kami semua sudah di beri pengumuman akan suhu yang dihadapi. Jadi segala
perlengkapan nya sudah di persiapkan sebelumnya, seperti jaket super tebal dan tahan air, sepatu Bot
dengan anti slippery, sarung tangan serta penutup kepala. Tetapi dengan segala
penutup tubuh yang terasa sangat berat dibadan, dingin nya masih terasa dan
menyakitkan. Mungkin karena tubuh orang Asia seperti saya tidak terbiasa untuk
menerima suhu extreme seperti ini ya..
Semua ketidaknyamanan seakan
sirna ketika setitik cahaya kehijauan muncul lagi di langit.
Berbeda dengan
cahaya yang pertama, kali ini datangnya dari sebelah kiri kapal, cahayanya
datang dengan sangat pelan tetapi kemudian cepat sekali menjadi besar.
Semua mata
terlihat menyaksikan dengan heran ketika cahaya aurora yang tadinya berwarna
kehijauan berubah menjadi sedikit biru. Keadaan ini sungguh lain dengan warna
aurora yang pertama kami lihat.
Kata tamu
yang berada di sebelah saya, cahaya ini disebut ledakan aurora, saya pun hanya
mengiyakan.
Dengan tidak mau membuang waktu,
saya pun siap beraksi dengan peralatan saya dan mulai mengabadikan nya. O ya
untuk kalian yang punya kesempatan seperti saya, berikut saya ingin berbagi sedikit
tips untuk mengabadikannya, untuk lebih jelasnya bisa di browsing di google
kok.
1.
Bawa settingan kamera DSLR anda ke Manual
Setting
2.
ISO nya set ke 800 – 1600 ( karena cahaya diluar
itu sangat minim )
3.
White Balance nya bawa ke AUTO
4.
Speednya coba dulu dari 15 seconds.
5.
Aperture nya bias disesuaikan.
6.
Inget bawa focus lensanya ke infinity
7.
Harus memakai Tripod karena kamera akan di
diamkan sekitar 15 s
8.
Kalau tidak memakai shuter cable, bisa pake
timer di kamera
Bila semua
setting nya benar, mengabadikan Aurora tidak lah sesulit yang dibayangkan. Kita
tinggal tunggu kamera menyelesaikan nya. Justru proses menunggu yang perlu kesabaran
lebih.
Aurora memang tidak dapat
diprediksi kedatangannya, meskipun banyak situs internet yang menyebutkan
mereka dapat memprediksi datangnya aurora tetapi sering sekali terjadi
perkiraan mereka meleset. Penduduk local sering mengatakan bila melihat bintang
berserakan, tandanya sang Aurora akan menampakkan sinarnya.
Malam itu cahaya Aurora tampak
lumayan lama, setengah jam berlalu tetapi mata telanjang masih bisa melihat
dikejauhan. Meski cahaya kebiruan yang tadi sempat terlihat sudah hilang,
tetapi keajaibanya masih mengundang decak kagum kita yang melihat.
Dikesempatan yang lain, saya
akan menulis tentang apa itu aurora dan apa yang menyebabkan.
Sekian dulu
untuk kali ini dan sampai jumpa pada tulisan saya selanjutnya.
0 komentar:
Posting Komentar